Instead of going deep, I'd rather to see wider

Senin, 14 Mei 2012

Liputan Debat Cagub-Cawagub "Untuk Indonesia yang Lebih Sehat"

Senin, Mei 14, 2012 Posted by Unknown , No comments
Masa Jabatan Gubernur sekarang mulai mendekati akhirnya. Fauzi Bowo (Foke) telah 6 tahun menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta dan sebentar lagi akan dilaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada). Enam pasang kandidat siap untuk memenangkan perhelatan akbar rakyat ibukota ini. Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli sebagai calon incumbent berada di nomor urut pertama. Hendardji Supandji dan Ahmad Riza Patria sebagai pasangan cagub-cawagub di nomor urut kedua. Urutan ketiga dimiliki oleh pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama. Hidayat Nurwahid dan Didik J Rachbini di urutan keempat. Faisal Basri dan Biem Benyamin di urutan kelima dan yang terakhir Alex Noerdin dan Nono Sampono sebagai pasangan di nomor urut terakhir (enam).
Keenam pasangan calon pemimpin Jakarta selanjutnya ini pasti memiliki kemampuan yang tidak bisa diragukan dalam hal kepemimpinan. Lalu siapa yang harus kita (rakyat Jakarta) pilih? Kita tentu harus bisa memilih calon yang terbaik sehingga Jakarta menjadi lebih baik di masa depan. Indikator pasangan yang baik ini salah satunya dapat dilihat mengenai visi misi dan rencana program kerja yang tentunya kita harap akan terlaksana dengan baik sewaktu calon pasangan ini terpilih dan diangkat menjadi pemimpin sesungguhnya.
Debat antara calon menjadi hal yang lumrah untuk diadakan menjelang pemilu. Acara tersebut bisa menjadi tolak ukur komitmen dan pemahaman untuk menjadi pemimpin. Melihat, mendengar atau membaca hasil liputan debat menjadi salah satu cara penduduk untuk mengetahui dan alat bukti penagih janji para calon pemimpin. Oleh karena itu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyelenggarakan Debat calon gubernur dan wakil gubernur pada hari Senin, 14 Mei 2012. Lain daripada yang lain, debat ini bertema “Untuk Jakarta yang lebih sehat” yang menjabarkan visi misi serta program kerja kandidat gubernur dan wakil gubernur mengenai kesehatan di Jakarta.
Aula FKUI menjadi  saksi bisu terjadinya debat yang panas pada pagi menjelang siang hari itu. Empat dari enam calon datang. Fauzi Bowo serta pasangannya absen sehingga pasangan dari Alex Nurdin ikut-ikutan tidak menghadiri acara tersebut. Jokowi, sebagai salah satu calon yang dielu-elukan berhalangan hadir dan digantikan oleh wakilnya Basuki Tjahaja (Ahok). Acara dimulai dengan pembukaan yang berisi sambutan yang berapi-api dari ketua pelaksana Aqsha Azhari dan sambutan yang menggugah dari Dekan FKUI dr. Ratna Sitompul. Tim panelis yang terdiri dari Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K), Prof dr. Firman Lubis MPH, Dr. dr. Fahmi Idris, M.Kes sangat semangat dan kritis meladenin calon pasangan. Dr. Ari Fahrial Syam dan Tina Talisa sebagai moderator menambah antusiasme acara debat pada hari itu.
Acara dilanjutkan dengan pemaparan visi dan misi para cagub dan dilanjutkan oleh sesi tanya jawab. Secara ringkas, kami hadirkan janji-janji para cagub sebagai berikut :
Pasaangan pertama dan terakhir tidak mengikuti acara debat cagub-cawagub. Hendarji sebagai pasangan kedua langsung tampil membawakan janji-janjinya. Beliau berjanji untuk meningkatkan APBD kesehatan DKI Jakarta dari 7% menjadi 10% seperti semua calon lain. Beliau juga sangat peduli dengan isu-isu lingkungan seperti polusi. Maka dari itu, beliau berjanji untuk mengubah 30% kawasan di Jakarta menjadi kawasan hijau dan melanjutkan program busway dan monorel. Selain itu, beliau juga akan mencegah banjir dengan pembersihan dan perbanyakan kanal serta memperbaiki sanitasi dan meningkatkan fasilitas penyandang cacat di Jakarta. Beliau juga mencanangkan perbaikan Perda larangan merokok dengan cara penambahan kapsul merokok dan sanksi bagi pelanggar.
Jokowi tidak mengikuti debat cagub sehingga digantikan oleh Ahok. Masalah transparansi dan sistem jaminan sosial mejadi sorotan utama beliau. Beliau berjanji untuk mendorong percepatan warga Jakarta dalam mengikuti sistem jaminan sosial melalui asuransi dan menjadikan Jakarta sebagai etalase atau daerah percontohan kesehatan. Hal yang menarik adalah janji beliau untuk merubah pasar tradisional menjadi sebuah superblok dengan lantai pertama sebagai pasar, lantai kedua sebagai puskesmas dan lantai ketiga sebagai tempat hunian masyarakat. Beliau berani untuk memberi tiap puskesmas sebuah ambulans sehingga akses gawat darurat Jakarta yang carut marut dapat teratasi. Selain itu, beliau akan mingkatkan honor dokter sehingga dokter dapat melayani masyarakat dengan maksimal. “Pengawasan larangan merokok akan diperketat dengan pengadaan CCTV (kamera intai) di berbagai ruas jalan”, tambah beliau.
“Program kesehatan harus bertumpu kepada tindakan promosi dan prevensi kesehatan”, kata Hidayat Nur Wahid. Hal tersebut hanya dapat terjadi melalui peningkatan kualitas puskesmas seperti yang ada dalam janjinya. Beliau berjanji akan menjadi teladan yang baik dalam hal-hal kesehatan sehingga para penduduk Jakarta akan mengikutinya dan kerjasama elemen-elemen pemerintahan provinsi berjalan dengan baik. Selain itu, beliau menambah beasiswa bagi para mahasiswa asal Jakarta sehingga biaya pendidikan penduduk semakin ringan.
Calon terakhir yang mengikuti debat, Faisal Basri berjanji untuk meningkatkan transparansi dan meningkatkan upaya kesehatan berbasis komunitas. Penambahan Kawasan Lingkungan Hidup yang disertai dengan pengurangan polusi dan peningkatan akses air bersih akan beliau laksanakan apabila terpilih menjadi gubernur. Beliau prihatin dengan peningkatan jumlah anak-anak dan wanita yang merokok dan berjanji untuk membatasi iklan rokok di tempat-tempat publik.
Demikian janji-janji yang terkam dalam kontrak politik yang mereka tandatangani pada penghujung acara debat. Buka mata, buka hati dan pilihlah calon yang paling tepat bagi Ibukota. Bukan dari janji semata, melainkan serta rekam jejak para calon gubernur. Dan pabila janji calon terpilih sesuai diatas  tidak ditepati, maka warga Jakarta berhak menagih janji-janji mereka. Pilih dengan nurani, untuk Jakarta yang lebih sehat.

Sabtu, 12 Mei 2012

Sehat Gratis di 2014

Sabtu, Mei 12, 2012 Posted by Unknown No comments
Pelayanan kesehatan di Indonesia masih belum menunjukkan keramahannya bagi masyarakat. Masalah utama dalam kesehatan Indonesia adalah biaya kesehatan yang masih mahal kemudian diikuti dengan kualitas, manajemen, distribusi pelayanan dan infrastruktur. Hasil penelitian dari UGM menunjukkan bahwa keluarga di Indonesia rata-rata mengeluarkan biaya kesehatan sebesar 30 ribu rupiah sebulan. Pengeluaran keluarga yang tinggal di kawasan urban cenderung lebih banyak daripada keluarga daerah rural. Pengeluaran mengalami peningkatan yang signifikan apabila terdapat anggota keluarga yang dirawat di Rumah Sakit (RS). Keluarga rata-rata membayar  2 juta rupiah untuk biaya sekali perawatan di RS.  Jumlah ini dirasa masih besar bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar tidak memiliki asuransi untuk membantu biaya kesehatan.
Indonesia sebagai negara kesejahteraan memiliki peranan vital disini. Menurut UUD 1945 pasal 34 negara Indonesia masyarakat lemah dan tidak mampu ditanggung oleh negara melalui sistem jaminan sosial. Merujuk pada hal tersebut, idealnya semua tingkatan masyarakat mendapat akses kesehatan yang mudah dan murah. Mimpi ini bukan sekedar isapan jempol belaka. Tahun lalu pada pemerintah beserta DPR telah mengesahkan UU no 24 tahun 2011 mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) BPJS sebagai komplemen Sistem Jaminan Sosial Nasional yang telah disahkan dalam UU no 40 tahun 2004. UU tersebut menyatakan bahwa pemerintah akan mengadakan sistem jaminan sosial nasional yang benar benar baru dengan kerjasama antara Kementerian Keuangan, Kementerian Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kesehatan serta Dewan Jaminan Sosial Nasional.
Negara-negara maju di dunia saat ini telah mengimplementasi asuransi secara penuh meliputi biaya pendidikan, hari tua, kesehatan dan lain-lain. Indonesia belum dapat melakukan hal ini sehingga masyarakat belum dapat mendapatkan jaminan sosial seperti di negara tersebut. Jaminan kesehatan sekarang hanya dimiliki oleh orang-orang menengah keatas, pegawai pemerintah melalui askes dan peserta jamkesmas. Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak memiliki asuransi kesehatan sehingga biaya pengobatan berasal dari pendapatan mereka saat itu sehingga terasa membebani.  Maka dari itu negara membuat UU BPJS yang menetapkan sistem asuransi di Indonesia. Setiap warga negara Indonesia dan warga negara asing yang tinggal di Indonesia selama minimal enam bulan diwajibkan untuk memiliki asuransi. Mereka diwajibkan membayar premi, kecuali PNS, anggota TNI dan Polri serta orang miskin yang ditanggung pemerintah. Asuransi dapat “menggratiskan” biaya kesehatan dengan sistem subsidi silang. Premi yang dibayarkan setiap bulan menjadi kas bersama yang akan digunakan apabila salah seorang anggota asuransi menggunakannya untuk biaya kesehatan. Mereka yang memiliki kartu asuransi hanya tinggal menunjukkan kartunya tanpa membayar uang sepeserpun jika berobat.
Sayangnya niat baik tersebut belum dapat terlaksana dalam waktu dekat. Pemerintah mencanangkan bahwa tahun 2014 sistem ini sudah diimplementasikan. Tapi perkembangan terbaru menyatakan bahwa aturan tambahan mengenai sistem jaminan sosial ini belum selesai. Pemerintah mengatakan bahwa November 2012 sudah selesai. Tentunya peraturan-peraturan tersebut tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya kolaborasi yang apik antara pemerintah dan masyarakat. Maka dari itu, mari kita kawal pelaksanaan jaminan sosial ini agar dilaksanakan dengan benar dan tidak diselewengkan sehingga dapat memberi manfaat yang maksimal terhadap masyarakat.